Pneumonia

Pneumonia

Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada paru—utamanya memengaruhi kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus.Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih jarang mikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi lain seperti penyakit autoimun.
Gejala khasnya meliputi batuknyeri dadademam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnostik mencakup rontgen dan pengambilan kultur dari sputumVaksin untuk mencegah jenis pneumonia tertentu kini sudah tersedia. Pengobatan yang dilakukan bergantung pada penyebab dasarnya. Dugaan pneumonia bakterial diobati dengan antibiotik. Jika pneumonianya parah, penderita biasanya dirujuk ke rumah sakit.
Setiap tahunnya, pneumonia menjangkiti sekitar 450 juta orang, tujuh persen dari total populasi dunia, dan menyebabkan sekitar 4 juta kematian. Walaupun pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai "the captain of the men of death" (pemimpin kematian), penemuan terapi antibiotik dan vaksin pada abad ke-20 telah meningkatkan daya tahan hidup. Meskipun demikian, di negara berkembang, dan di antara orang-orang berusia sangat lanjut, sangat muda, dan penderita sakit kronis, pneumonia tetap menjadi penyebab kematian yang utama.

Tanda-tanda dan gejala

Gambar tubuh manusia yang menunjukkan gejala kunci pneumonia
Pasien pneumonia yang menular biasanya menderita batuk produktifdemam yang disertai menggigil bergetarsulit bernapasnyeri dada yang tajam atau menghunjam selama menarik napas dalam-dalam, dan peningkatan laju respirasi.Pada manula, adanya kebingungan menjadi tanda yang paling utama.Tanda-tanda dan gejala khusus pada anak-anak balita yaitu demam, batuk, dan napas yang cepat atau sulit.
Demam tidak sangat spesifik, karena ini gejala yang umum timbul pada berbagai penyakit, dan mungkin tidak tampak pada penderita penyakit parah atau malagizi. Selain itu, gejala batuk sering tidak muncul pada anak-anak berusia kurang dari 2 bulan. Tanda-tanda dan gejala yang lebih parah meliputi: kulit biru, rasa haus berkurang, konvulsi, muntah-muntah yang menetap, suhu ekstrem, atau penurunan tingkat kesadaran.
Kasus pneumonia bakterial dan viral biasanya muncul dengan gejala yang serupa. Beberapa penyebabnya dikaitkan dengan karakteristik klinis yang klasik tetapi tidak spesifik. Pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat muncul disertai nyeri perut, diare, atau kebingungan, sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dikaitkan dengan sputum berwarna karat, dan pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella dapat disertai sputum berdarah yang sering digambarkan sebagai "currant jelly" (lendir merah).Sputum berdarah (dikenal sebagaihemoptisis) juga dapat muncul pada tuberkulosis, pneumonia gram-negatif, dan abses paru serta umum dijumpai pada bronkitis akut. Pneumonia mikoplasma dapat timbul bersama pembengkakan nodus limfa di lehernyeri sendi, atau infeksi telinga tengah. Pneumonia viral lebih umum muncul disertai mengi dibandingkan dengan pneumonia bakterial.
GejalaFrekuensi
Batuk
79–91%
Kelelahan
90%
Demam
71–75%
Sulit bernapas
67–75%
Sputum
60-65%
Nyeri dada
39-49%

Penyebab

Pneumonia terutama disebabkan oleh infeksi dari bakteri atau virus dan jarang dijumpai disebabkan oleh fungi dan parasit. Walaupun terdapat lebih dari 100 galur agen infeksi yang telah diidentifikasi, namun hanya beberapa yang bertanggungjawab atas mayoritas kasus yang ada. Infeksi bersama dengan virus beserta bakteri dapat muncul hingga sebanyak 45% infeksi pada anak-anak dan 15% infeksi pada orang dewasa.[6] Agen penyebabnya tidak dapat diisolasi pada sekitar setengah kasus yang ada walaupun pengujian yang cermat telah dilakukan.[15]
Istilah pneumonia terkadang digunakan secara lebih luas terhadap berbagai kondisi yang menyebabkan inflamasi paru-paru (misalnya yang disebabkan oleh penyakit autoimun, luka bakar kimia atau reaksi obat); namun demikian, inflamasi ini lebih tepat disebut sebagai pneumonitis.[16][17] Menurut sejarahnya agen penginfeksi dibagi menjadi "khas" dan "tidak khas" didasarkan pada aspek yang diduga, tetapi bukti-bukti yang ada tidak mendukung pembedaan ini, sehingga kini tidak lagi ditekankan.[18]
Faktor risiko dan kondisi yang memengaruhi pneumonia mencakup: merokok, imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit obstruktif paru kronispenyakit ginjal kronis, dan penyakit hati.[11] Penggunaan obat-obatan yang bersifat menekan asam seperti penghambat pompa proton atau antagonis H2 dikaitkan dengan peningkatan risiko pneumonia[19]. Usia lanjut juga berpengaruh pada pneumonia.[11]

Bakteri[sunting | sunting sumber]

Bakteri adalah penyebab paling umum dari pneumonia dapatan masyarakat (CAP), dengan Streptococcus pneumoniae berhasil diisolasi dalam hampir 50% kasus yang ada.[20][21] Bakteri lain yang umum diisolasi mencakup termasuk: Haemophilus influenzae dalam 20% kasus, Chlamydophila pneumoniae dalam 13% kasus, dan Mycoplasma pneumoniae dalam 3% kasus;[20] Staphylococcus aureusMoraxella catarrhalisLegionella pneumophila dan Basilus gram-negatif.[15] Sejumlah versi kekebalan obat dari infeksi di atas makin umum dijumpai, termasuk Streptococcus pneumoniae kebal obat (DRSP) dan Staphylococcus aureus yang kebal terhadap metisilin(MRSA).[11]
Penyebaran organisme mudah terjadi jika faktor risikonya ada.[15] Alkoholisme diasosiasikan denganStreptococcus pneumoniaeorganisme anaerobik, dan Mycobacterium tuberculosis; merokok mempermudah pengaruh dariStreptococcus pneumoniaeHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalis, dan Legionella pneumophila. Pajanan terhadap burung diasosiasikan dengan Chlamydia psittaci; terhadap hewan ternak dengan Coxiella burnetti; aspirasi isi perut dengan organisme anaerobik; dan fibrosis kistik dengan Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.[15]Streptococcus pneumoniae lebih sering dijumpai di musim dingin,[15]dan patut diduga pada orang yang menghirup sejumlah besar organisme anaerobik.[11]

Virus[sunting | sunting sumber]

Virus bertanggungjawab atas sekitar sepertiga kasus pneumonia pada orang dewasa[6] dan sekitar 15% kasus pada anak-anak.[22] Agen yang biasanya terkait mencakup: rhinoviruscoronavirusvirus influenza,virus sinsitium pernapasan (RSV), adenovirus, dan parainfluenza.[6][23] Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia, kecuali dalam kelompok seperti: bayi baru lahir, penderita kanker, penerima transplantasi, dan penderita luka bakar yang cukup parah.[24] Orang yang menjalani transplantasi organ atau yang mempunyai respon imun lemah menunjukkan tingkat pneumonia cytomegalovirus yang tinggi.[22][24] Para penderita infeksi virus dapat terinfeksi secara sekunder dengan bakteri Streptococcus pneumoniaeStaphylococcus aureus, atau Haemophilus influenzae, khususnya ketika disertai masalah kesehatan lain.[11][22] Virus yang berbeda mendominasi masa yang berbeda dalam setahun, sebagai contoh selama musim influenza maka virus influenza bertanggungjawab atas lebih dari separuh kasus virus yang terjadi.[22] Wabah virus lainnya juga sesekali muncul, termasuk hantavirus dan coronavirus.[22]

Fungi[sunting | sunting sumber]

Pneumonia jamur jarang dijumpai, namun lebih sering muncul pada individu yang menderita sistem kekebalan lemah akibatAIDSobat penekan kekebalan, atau masalah medis lainnya.[15][25] Jenis ini paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, blastomyces, Cryptococcus neoformansPneumocystis jiroveci, dan Coccidioides immitisHistoplasmosis paling umum terjadi di lembah Sungai Mississippi, dan coccidioidomycosis paling umum dijumpai di Barat Daya Amerika.[15] Jumlah kasus telah meningkat di paruh kedua abad ke-20 akibat makin seringnya orang melakukan perjalanan dan meningkatnya supresi kekebalan tubuh dalam populasi.[25]

Parasit[sunting | sunting sumber]

Beragam parasit dapat memengaruhi paru-paru, termasuk: Toxoplasma gondiiStrongyloides stercoralis,Ascaris lumbricoides, dan Plasmodium malariae.[26] Berbagai organisme ini biasanya memasuki tubuh melalui kontak langsung dengan kulit, pencernaan, atau melalui vektor serangga.[26] Kecuali untuk Paragonimus westermani, kebanyakan parasit tidak secara khusus menginfeksi paru-paru tetapi melibatkan paru-paru sebagai tempat sekunder terhadap tempat lainnya.[26] Sebagian parasit, khususnya yang termasuk genera Ascaris danStrongyloides, merangsang timbulnya reaksi eosinofilik kuat, yang dapat mengakibatkan pneumonia eosinofilik.[26] Dalam infeksi lainnya, seperti malaria, keterlibatan paru terutama akibat inflamasi sistemik yang diinduksi oleh sitokin.[26] Di negara berkembang infeksi semacam ini paling sering dijumpai pada orang-orang yang kembali dari bepergian atau pada para imigran.[26] Secara global, infeksi-infeksi paling sering terjadi pada pada penderita defisiensi kekebalan tubuh.[27]

Idiopatik[sunting | sunting sumber]

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]

Diagram skematik paru-paru manusia dengan lingkaran kosong di sisi kiri mewakili alveolus normal dan di sisi kanan menunjukkan alveolus yang terisi penuh cairan seperti dijumpai pada pneumonia
Pneumonia mengisi alveoli paru-paru dengan cairan, menghalangi oksigenasi. Alveolus di sisi kiri dalam kondisi normal, sedangkan yang di sisi kanan penuh terisi cairan akibat pneumonia.
Pneumonia sering berawal sebagai infeksi saluran pernapasan atas yang kemudian berpindah ke saluran pernapasan bawah.[30]
Vaksinasi terhadap Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae sudah memiliki bukti bagus untuk mendukung penggunaannya.[30] Mengimunisasi anak terhadap Streptococcus pneumoniae sudah menyebabkan penurunan insiden infeksi ini pada orang dewasa, karena banyak orang dewasa memperoleh infeksi ini dari anak-anak. Vaksin Streptococcus pneumoniae tersedia untuk orang dewasa, dan sudah ditemukan menurunkan risiko penyakit pneumokokal yang invansif.[31] Vaksin lain yang mendukung efek perlindungan terhadap pneumonia termasuk: batuk rejancacar air, and campak.[32]

Lainnya[sunting | sunting sumber]

Berhenti merokok[33] dan menurunkan polusi udara di dalam ruangan, seperti yang berasal dari memasak di dalam ruangan dengan menggunakan kayu atau kotoran sapi, dianjurkan.[10][12] Merokok tampaknya menjadi faktor risiko terbesar untuk pneumonia pneumokokal pada orang dewasa yang seharusnya sehat.[34] Kebersihan tangan dan menutupi batuk dengan lengan tangan bisa juga menjadi sarana pencegahan yang efektif.[32] Pemakaian masker operasi oleh mereka yang sakit juga bisa mencegah penyakit.[34]
Mengobati penyakit dasarnya (seperti HIV/AIDSdiabetes melitus, dan malagizi) dengan tepat bisa menurunkan risiko pneumonia.[12][32][35] Pada anak-anak usia di bawah 6 bulan pemberian susu ibu ekslusif menurunkan baik risiko maupun keparahan penyakit.[12] Di kalangan mereka yang menderita HIV/AIDS serta hitungan CD4 kurang dari 200 sel/uL, antibiotik trimetoprim/sulfametoksazol menurunkan risiko Pneumonia pneumosistis[36] dan bisa juga berguna untuk pencegahan bagi mereka yang memiliki gangguan kekebalan tubuh tetapi tidak mempunyai HIV.[37]
Menguji wanita hamil untuk Streptokokus Grup B dan Klamidia trakomatis, dan memberikan pengobatan antibiotik, bila diperlukan, menurunkan risiko tingkat pneumonia pada bayi;[38][39] sarana pencegahan transmisi dari ibu ke anak bisa juga efisien.[40] Menyedot mulut dan tenggororkan bayi dengan cairan amnion yang tercemar mekonium belum terbukti menurunkan tingkat pneumonia aspirasi dan bisa membahayakan,[41] jadi praktik ini tidak dianjurkan dalam kebanyakan situasi.[41] Di kalangan lansia yang ringkih, perawatan kesehatan mulut yang baik bisa menurunkan risiko pneumonia aspirasi.[42]

Penatalaksanaan[sunting | sunting sumber]

CURB-65
SymptomPoints
Confusion
1
Urea>7 mmol/l
1
Respiratory rate>30
1
SBP<90mmHg, DBP<60mmHg
1
Age>=65
1
Biasanya, antibiotik oral, istirahat, analgesik sederhana, dan cairan memadai untuk resolusi lengkap.[33] Namun, mereka yang memiliki kondisi medis lain, kalangan lansia, atau mereka yang mengalami gangguan pernafasan berat mungkin memerlukan pengobatan lebih lanjut. Bila gejala memburuk, pneumonia tidak membaik dengan pengobatan di rumah, atau terjadi komplikasi, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan.[33] Di seluruh dunia, kira-kira 7–13% dari kasus di kalangan anak-anak memerlukan rawat inap [10] sementara di dunia maju antara 22 hingga 42% orang dewasa dengan pneumonia yang diperoleh dari komunitas dirawat di rumah sakit.[33]SkorCURB-65 berguna untuk menentukan perlunya rawat inap di kalangan orang dewasa.[33] Bila skornya 0 atau 1 penderita biasanya bisa ditangani di rumah, bila skornya 2 diperlukan perawatan singkat di RS atau tindak lanjut untuk meneruskan perawatan, bila skornya 3–5 dianjurkan rawat inap di RS.[33] Di kalangan anak-anak, mereka yang mengalami kesulitan pernafasan atau saturasi oksigennya kurang dari 90% harus dirawat di RS.[43] Manfaat fisioterapi dada dalam pneumonia belum ditentukan.[44] Ventilasi non-invasif bisa bermanfaat bagi mereka yang dirawat di unit rawat intensif (ICU).[45] Obat batuk tanpa resep dokter belum terbukti efektif[46] demikian juga penggunaan unsur seng di kalangan anak-anak.[47] Tidak ada cukup bukti untuk mukolitik.[46]

Bakteri[sunting | sunting sumber]

Antibiotik memperbaiki hasil-hasil di kalangan penderita pneumonia bakteri.[48] Pada mulanya pilihan antibiotik tergantung pada karakteristik penderita, seperti usia, kesehatan dasarnya, dan lokasi dimana infeksi diperoleh. Di Inggris, pengobatan empiris dengan amoksisilin dianjurkan sebagai pilihan pertama untuk pneumonia yang diperoleh dari komunitas, dengan doksisiklin atau klaritromisin sebagai alternatifnya.[33] Di Amerika Utara, di mana bentuk “atipikal” dari pneumonia yang diperoleh dari komunitas lebih umum, makrolid (seperti azitromisin atau eritromisin), dan doksosiklin menggantikan amoksisilin sebagai pilihan pertama untuk rawat jalan di kalangan orang dewasa.[21][49] Di kalangan anak-anak dengan gejala ringan atau sedang, amoksisilin tetap menjadi pilihan pertama.[43] Penggunaan fluorokuinolon dalam kasus yang tidak kompleks tidak dianjurkan karena kekuatiran mengenai efek samping dan menimbulkan ketahanan sementara manfaat klinisnya tidak lebih besar.[21][50] Durasi pengobatan biasanya tujuh hingga sepuluh hari, tetapi bukti yang makin banyak menunjukkan pemberian obat yang lebih pendek (tiga hingga lima hari) sama efektifnya.[51] Dianjurkan untuk pneumonia yang diperoleh dari rumah sakit termasuk sefalosporinkarbapenemfluorokuinolonaminoglikosida, dan vankomisin generasi ketiga dan keempat.[52] Antibiotik ini sering diberikan secara intravena dan digunakan sebagai kombinasi.[52] Di kalangan mereka yang dirawat di rumah sakit lebih dari 90% membaik dengan pengobatan antibiotik awal.[18]

Viral[sunting | sunting sumber]

Penghambat neuraminidase bisa digunakan untuk mengobati viral pneumonia yang disebabkan oleh virus influenza (influenza A dan influenza B).[6] Tidak ada pengobatan antivirus yang dianjurkan untuk jenis lain dari pneumonia virus yang diperoleh dari komunitas termasuk virus SARS coronavirusadenovirushantavirus, dan parainfluenza.[6] Influenza A bisa diobati dengan rimantadine atau amantadine, sementara influenza A atau B bisa diobati dengan oseltamivirzanamivir atau peramivir.[6] Pengobatan ini paling bermanfaat bila mulai diberikan dalam waktu 48 jam sejak munculnya gejala awal.[6] Banyak strain dari influenza A H5N1, juga dikenal sebagai avian influenza atau "flu burung," sudah menunjukkan ketahanan terhadap rimantadine dan amantadine.[6] Penggunaan antibiotik dalam pneumonia virus dianjurkan oleh beberapa ahli karena tidak mungkin mengesampingkan terjadinya infeksi bakteri yang kompleks.[6] British Thoracic Society menganjurkan agar antibiotik tidak diberikan pada mereka yang mengalami penyakit ringan.[6] Penggunaan kortikosteroidkontroversial.[6]

Aspirasi[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya, pneumonitis aspirasi diobati secara konservatif dengan antibiotik yang ditujukan hanya untuk pneumonia aspirasi.[53] Pilihan antibiotiknya akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk organisma penyebab yang dicurigai dan apakah pneumonia diperoleh di komunitas atau dikembangkan di setting rumah sakit. Pilihan umumnya termasuk clindamisin, kombinasi antibiotik beta-laktam dan metronidazole, atau aminoglikosida.[54] Kortikosteroid kadang-kadang digunakan dalam pneumonia aspirasi, tetapi hanya ada bukti terbatas yang mendukung efektivitasnya.[53]

Prognosis[sunting | sunting sumber]

Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri akan stabil dalam waktu 3–6 hari.[55] Kadang-kadang memakan waktu beberapa minggu sebelum kebanyakan gejala diatasi.[55] Hasil rontgen biasanya bersih dalam waktu empat minggu dan mortalitas rendah (kurang dari 1%).[11][56] Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%.[11] Pneumonia adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit paling umum yang menyebabkan kematian.[18] Sebelum adanya antibiotik, mortalitas biasanya 30% di kalangan mereka yang dirawat di rumah sakit.[15]
Komplikasi bisa muncul terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan dasar.[56] Ini bisa termasuk, antara lain: empiemaabses paru-parubronkiolitis obliteransindrom kesulitan pernafasan akutsepsis, dan memburuknya masalah kesehatan dasar.[56]

Aturan prediksi klinis[sunting | sunting sumber]

Aturan prediksi klinis sudah dikembangkan untuk meramalkan secara lebih obyektif hasil-hasil dalam pneumonia.[18] Aturan ini sering digunakan untuk menentukan apakah penderita perlu dirawat di rumah sakit atau tidak.[18]

Efusi pleura, empiema, dan abses[sunting | sunting sumber]

Hasil rontgen menunjukkan dada berbaring horisontal. Area bawah yang hitam yang merupakan paru-paru kanan lebih kecil dengan area putih di bawahnya menunjukkan efusi paru-paru. Ada anak panah merah yang menandai ukurannya. Efusi pleura: seperti yang terlihat pada hasil rontgen dada.
Anak panah A menunjukkan cairan yang melapisi di dalam dada kanan. Anak panah B menunjukkan lebarnya paru-paru kanan. Volume paru-paru diturunkan karena pengumpulan cairan di sekitar paru-paru.
Pada pneumonia, pengumpulan cairan dapat terbentuk di dalam ruang yang mengelilingi paru.[58] Terkadang, mikroorganisme akan menginfeksi cairan ini dan menyebabkan empiema.[58] Untuk membedakan empiema dari efusi parapneumonik yang lebih sederhana dan biasa, cairan dapat diambil dengan (thorasentis) jarum, dan diperiksa.[58] Jika hasilnya menunjukkan bukti empiema, cairan harus diambil seluruhnya, terkadang memerlukan drainage cathater.[58] Pada kasus empiema parah, dekortikasi mungkin diperlukan.[58] Jika cairan yang terinfeksi tidak dikuras, infeksi akan terus terjadi karena antibiotik tidak masuk dengan baik ke dalam rongga pleural. Jika cairan tersebut steril, cairan perlu dikeluarkan seluruhnya hanya jika menimbulkan gejala atau tetap tak terpecahkan.[58]
Bakteria di dalam paru-paru akan membentuk kantung cairan terinfeksi yang disebut dengan abses paru-paru.[58] Abses paru-paru biasanya dapat dilihat dengan sinar-X namun terkadang memerlukan pemindaian CT untuk memastikan diagnosisnya.[58] Abses biasanya terjadi pada pneumonia aspirasi, dan seringkali mengandung beberapa jenis bakteri. Antibiotik jangka panjang biasanya sudah cukup untuk mengobati abses paru-paru, namun terkadang abses tersebut harus dikeluarkan seluruhnya dengan ahli bedah atau ahli radiologi.[58]

Kegagalan pernapasan dan sirkulatori[sunting | sunting sumber]

Pneumonia dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dengan cara memicu sindrom gawat napas akut (ARDS), yang diakibatkan oleh kombinasi respons infeksi dan peradangan. Paru-paru dengan cepat terisi cairan dan menjadi keras. Paru-paru yang mengeras disertai kesulitan parah untuk mengekstraksi oksigen karena terhambat cairan alveolar akan memerlukan waktu lama untuk ventilasi mekanik untuk bertahan hidup.[22]
Sepsis adalah komplikasi yang dapat terjadi karena pneumonia namun biasanya hanya terjadi pada orang yang kekebalannya rendah atau hiposplenisme. Organisme yang umumnya terlibat adalah Streptococcus pneumoniaeHaemophilus influenzae dan Klebsiella pneumoniae. Penyebab lain dari gejalanya juga perlu diperhatikan seperti myocardial infarction atau embolisme pernapasan.[59]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Peta dunia dengan sedikit lebih banyak merah tua di Afrika, warna oranye di sebagian Asia dan Amerika Selatan, serta kuning di Eropa dan Amerika Utara
Angka kematian dengan standar usiainfeksi saluran pernapasan bawahper 100.000 penduduk pada 2004.[60]
  no data
  <100
  100–700
  700–1400
  1400–2100
  2100–2800
  2800–3500
  3500–4200
  4200–4900
  4900–5600
  5600–6300
  6300–7000
  >7000
Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi yang menginfeksi kira-kira 450 juta orang per tahun dan terjadi di seluruh penjuru dunia.[6] Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok yang menyebabkan jutaan kematian (7% dari kematian total dunia) setiap tahun.[6][48] Angka ini paling besar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun, dan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun.[6] Penyakit ini terjadi lima kali lebih sering di negara-negara berkembang daripada di negara maju.[6]Pneumonia yang diakibatkan oleh virus terhitung sekitar 200 juta kasus.[6] Di Amerika Serikat, sejak 2009, pneumonia menjadi penyebab ke-8 kematian.[11]

Anak-anak[sunting | sunting sumber]

Pada 2008, pneumonia terjadi pada kira-kira 156 juta anak-anak (151 juta di negara-negara berkembang dan 5 juta di negara-negara maju).[6] Ini menyebabkan 1,6 juta kematian, 28–34% dari angka kematian tersebut terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun, dan 95% terjadi di negara-negara berkembang.[6][10] Negara-negara dengan beban tinggi pneumonia termasuk: India (43 juta), Cina (21 juta) dan Pakistan (10 juta).[61] Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di negara-negara berpendapatan rendah.[6][48] Banyak kasus kematian ini yang terjadi pada periode bayi baru lahirOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa satu di antara tiga kematian pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh pneumonia.[62] Kira-kira setengah dari kematian ini dapat dicegah secara teoretis, karena disebabkan oleh bakteri karena terdapat vaksin yang efektif.[63]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mekanisme Pernapasan Manusia

Faringitis

Mind Map " Gerak Tubuh Makhluk Hidup"